Kehidupan Sasti Haryo Setyanegara mulai berubah ketika ia berhasil mendapatkan beasiswa master psikologi di Manchester Metropolitan University, kota Manchester, Inggris. Di sana Sasti mendapatkan segala bentuk cinta dari orang-orang yang baru dikenalnya. Cinta yang begitu indah sebagai sahabat, kekasih, dan saudara yang selama hidupnya belum pernah ia dapatkan.
Wajah Andy yang basah terlihat begitu tampan di mata Sasti. Terutama ketika cahaya lampu taman sedikit menyentuh raut wajahnya, hidungnya yang mancung sempurna dan bibir merah yang mungil tipis itu mengguncang jiwa Sasti yang semula beku akan cinta kaum pria. Andy benar-benar mirip dengan Andy Williams ketika muda. Matanya yang cokelat, senyumnya yang manis, dan Sasti hampir tidak percaya bahwa hangat matanya saat ini hanyalah untuk dirinya. Pandangan hangat Andy menyelusupi sanubari Sasti, membuat bunga yang layu itu berkembang indah terkena cahaya dan kehangatannya.
Namun kebahagiaannya itu rupanya tidak berlangsung lama, ketika menjelang semester akhir menjadi mahasiswa di sana, Sasti mengalami kejadiankejadian yang tanpa diketahuinya ternyata akan mengubah jalan hidupnya, dan mengubah masa depannya.
Mata Sasti terbelalak, mulut yang tertutup saputangan itu mengeluarkan erangan perlahan, tangan dan kaki yang terikat tali itu meronta-ronta minta dilepaskan. Seseorang yang berada di balik topeng kain hitam itu dan yang sejak awal menyorongkan moncong pistolnya ke kepala Sasti adalah orang yang teramat dikenalnya. Orang yang selama ini dianggap sebagai sahabatnya.
Mata Sasti terbelalak, mulut yang tertutup saputangan itu mengeluarkan erangan perlahan, tangan dan kaki yang terikat tali itu meronta-ronta minta dilepaskan. Seseorang yang berada di balik topeng kain hitam itu dan yang sejak awal menyorongkan moncong pistolnya ke kepala Sasti adalah orang yang teramat dikenalnya. Orang yang selama ini dianggap sebagai sahabatnya.
Yoishi bangkit dan membuka lemari yang ada di bawah televisinya, dan Sasti melihat hanya ada satu benda yang terdapat di lemari itu. Hanya ada sebuah samurai panjang dengan pegangan berwarna cokelat kehitaman yang terbuat dari pohon kayu ek. “Ini samurai ayahku, alat ayahku untuk melakukan hara kiri” ujar Yo, memegang handlenya dan mulai membuka sarung samurai itu.
Elana
Elana May Krisnajaya tidak mengetahui dibalik latar belakang kedua orang tuanya yang sangat mencintainya itu, tersimpan rahasia masa lalu yang tak diketahui oleh siapapun. Rahasia terbesar keluarga Krisnajaya yang tersimpan rapi selama bertahun-tahun dan mulai terbongkar ketika suami istri Krisnajaya meninggal dalam sebuah kecelakaan naas. Satu per satu petunjuk ditemukannya, mulai dari kelemahan surat wasiat orang tuanya dan pembicaraan antar keluarga Krisnajaya di masa lalu yang misterius.
“Atas dasar apa dia menggugat kita?” Devi menggeleng marah. “Kamu sudah baca sendiri!” Ajis nyaris berteriak kesal. “Penyiksaan fisik dan mental. Dia meminta kita untuk angkat kaki dari Krisna Cottage ini. Dan kalau kamu lupa, dia berhak melakukan itu, Ma! Dia pewaris sah cottage ini! Ma, itu bukan tuduhan main-main!” ucap Ajis gemas. “Lihat saja,” geleng Devi keras kepala, “dia bisa bilang begitu, dan aku bisa berkata sebaliknya. Kalau sudah begitu, maka ucapannya akan berbanding melawan ucapan kita di pengadilan nanti, Pa. Kita lihat saja, ucapan yang mana yang akan dipercayai oleh hukum!”.
“Bagaimana dengan saksi mata?”
“Tidak bakal ada pegawai tempat ini yang berani bersaksi melawan kita!” balas Devi yakin. Ajis pun yakin tentang itu. Tapi tetap saja, hatinya tidak tenang. Hati kecilnya merasa, ini ialah suatu awal. Bukan awal yang baik! Ini ialah awal kejatuhan mereka. “Seperti pernah aku bilang,” ucap Devi pelan, ada kebencian yang begitu kental disana, “kalau anak itu macam-macam, akan aku buka semua kartu yang ada, Pa!”
“Jangan!” Ajis menggeleng lemah. “Kamu ingat mandat dari mendiang kakakmu, bukan?”
“Kalau begitu,” Devi berbalik cepat, “kita harus datang ke Jakarta. Aku akan menyuruh Mona mencari tiket penerbangan pertama Garuda. Dan aku akan meminta dia meng-cancel semua meeting penting untuk 3 hari kedepan.” Ajis menatap tanpa kata. Otaknya berputar keras.
“Bagaimana dengan saksi mata?”
“Tidak bakal ada pegawai tempat ini yang berani bersaksi melawan kita!” balas Devi yakin. Ajis pun yakin tentang itu. Tapi tetap saja, hatinya tidak tenang. Hati kecilnya merasa, ini ialah suatu awal. Bukan awal yang baik! Ini ialah awal kejatuhan mereka. “Seperti pernah aku bilang,” ucap Devi pelan, ada kebencian yang begitu kental disana, “kalau anak itu macam-macam, akan aku buka semua kartu yang ada, Pa!”
“Jangan!” Ajis menggeleng lemah. “Kamu ingat mandat dari mendiang kakakmu, bukan?”
“Kalau begitu,” Devi berbalik cepat, “kita harus datang ke Jakarta. Aku akan menyuruh Mona mencari tiket penerbangan pertama Garuda. Dan aku akan meminta dia meng-cancel semua meeting penting untuk 3 hari kedepan.” Ajis menatap tanpa kata. Otaknya berputar keras.
Elana mencari berbagai petunjuk yang mengarah kepada misteri keluarganya. Dan, satu per satu petunjuk itu ditemukannya... Malam itu, di sebuah hotspot di lounge hotel, Elana menyambungkan koneksi wifi tersebut ke laptop yang selalu dibawanya. Ia mengklik icon internet, dan masuk ke situs search engine terbesar di dunia. www.google.co.id. Perlahan, jemari Elana mengetik sebuah nama. Sasti Haryo Setyanegara.
***
Apa kaitan antara Sasti Haryo Setyanegara dengan Elana May Krisnajaya,
mengapa Elana begitu ingin mencari segala hal mengenai Sasti, orang yang sama
sekali tak pernah dikenalnya selama hidupnya?
kusudah baca the calling \(^0^)/ great book!!
BalasHapussaya penasaran sm ilustrator sampulnya.
BalasHapusgaya yg lukis yg seperti itu, kl di indonesia rasanya azisa noor atau astrid naomi.
boleh tau siapa ilustratornya?